Minggu, 05 Februari 2012
komplikasi organisasi di kampus dan sekolah
Bagi kita yang pernah atau sering mengikuti kegiatan organisasi, pasti sering berhadapan dengan masalah. Entah itu masalah intrapersonal maupun interpersonal. Selalu dan pasti masalah akan timbul dalam interaksi antar manusia. Bagi yang menganggap masalah adalah pemicu keberhasilan, hal ini bukanlah masalah. Namun, untuk yang tidak mau berhadapan dengan masalah, akan terlibat dalam konflik kepentingan.
Dalam hampir setahun terakhir saya mengikuti sebuah organisasi kampus, banyak hal yang saya alami. Seperti sulitnya beradaptasi, kontra keinginan, miscommunication, dan juga ketidaksolidan antaranggota. Beberapa penyakit organisasi ini telah menggejala bukan hanya ditempat saya berorganisasi, tapi juga di komunitas organisasi lain.
Produktivitas organisasi menjadi terdekandensi oleh anggotanya itu sendiri. Tujuan yang semula terprogram dengan baik menjadi bocor dan cacat di sana-sini. Butuh perjuangan yang lebih keras lagi untuk mendobrak rintangan ditengah jalan. Dan jelas ini membutuhkan energi ekstra yang mengorbankan waktu dan tenaga.
Intensifikasi internal organisasi sangat diperlukan. Bagaimana sebuah organisasi berjalan dengan baik kalau anggotanya merasa gerah di dalamnya? Pertanyaan inilah yang harus dijawab oleh penggelut dan aktivis organisasi. Jika lingkup dalam organisasi harmonis, maka visi-misi akan dapat tercapai dengan nyata.
Isu ketidakharmonisan organisasi berangkat dari masalah-masalah kecil. Contoh nyatanya adalah perbedaan pendapat. Bukankah ini masalah besar? Karena jika terus-menerus berbeda tentu tidak akan mencapai titik temu. Benar, tetapi justru dengan berbeda itulah kita semakin berwarna. Tidak sulit untuk menyatukan perbedaan. Tinggal ambil titik tengahnya. Toh, anggota juga akan merasa adil jika segala sesuatu diambil jalan tengahnya.
Ada banyak orang mengatakan, semakin sering bertemu, semakin terasa sayang. Begitu juga dengan organisasi kampus. Berpuluh-puluh anggotanya jika terus diketemukan, maka akan muncul riak-riak perasaan. Yup, benar. Perasaan itu berhubungan dengan hati, dan hati berhubungan dengan emosi. Beberapa tipe emosi: Marah, Benci, Cinta, dan lain sebagainya. Secara humanis, hal ini dipandang wajar selagi masih dalam batas kemanusiaan dan tidak berlebihan.
Saya selalu jengah dengan syndrome emotional. Emosi, menurut saya selalu menimbulkan masalah. Tapi kita tidak akan bisa mencegah emosi yang keluar dari diri orang lain. Yang kita bisa hanya meredam dan memberi saran dan kritik untuknya. Tapi di sisi lain saya menyukai emosi orang lain. Terasa lucu dan menggelitik batin. Ya, beginilah kita manusia, takkan mungkin berbuat sempurna.
Segala komplikasi yang terjadi pada sebuah perkumpulan manusia akan selalu menciptakan masalah yang positif dan negatif. Tinggal kitanya yang berpikir cerdik untuk mengatasi dan membatasi itu semua. Kita pasti mampu.
Langganan:
Postingan (Atom)