Kamis, 03 Oktober 2013

OH YA (IWAN FALS)

andaikata aku di mobil itu tentu tidak di bus ini seandainya aku di rumah itu tentu tidak di gubuk ini a...a...a...a...andaikata se..se..se..seandainya oh..ya! kalau saja aku jadi direktur tentu tidak jadi penganggur umpanya aku dapat lotre tentu saja aku tidak kere ka..ka..ka..kalau saja u..u..u..umpamanya oh..ya! oh..ya..ya nasib nasibmu jelas bukan nasibku oh..ya..ya takdir takdirmu jelas bukan takdirku aku bosan!

Rabu, 19 Juni 2013

Rindu Yang Terlantar

Aku Terlantar
Ada Yang Menelantarkan Hati KU Di Hutan Yang Tank Berpohon
Taukah Arti Sepi?
Tidak Mau Terucap Tidak Ada Apa-Apa
Mencari Sungai Kecil Yang Bermuara!!
Saat Itu Matahari Tidak Ingin Tersenyum, ah,,, Indah Yang Terbalik.
AKU Ingin Menyelamatkan Rindu Yang Sudah Sangat Terlantarkan.
Dimana??????
Tidak Menyerah, Sampai Leher Yang Tertekuk Jatuh Ke Tanah.
Rindu Terlantar Ini Saat Tidak Bersamamu 

Sabtu, 01 Juni 2013

....................

Manusia mendapat semangat dan motivasi untuk meraih kesuksesan dari tantangan. Charles de Gaulle, yang banyak berbicara mengenai hal membangkitkan bangsa, pemah berkata, "Manusia yang berkarakter menemukan daya tertentu di dalam kesulitan, sebab hanya dengan melawan kesulitan itulah ia baru bisa menyadari potensinya." Dan William James berkata Pula, "Kebutuhan dan pergumulanlah yang merangsang dan memberikan inspirasi kepada kita."

Senin, 17 Desember 2012

Silahkan Tertawa


Kau selalu saja mengatakan hal yang tidak ingin ku dengar
Aku terlalu mengerti maksudmu, karena itulah aku tak ingin dengar,
Aku berpura-pura tidak tahu menahu, tapi kau semakin memojokkanku
Kemudian dengan sombongnya kau berkata, kata-kata yang menyakitkan itu

Kau selalu saja mengatakan hal yang ingin aku lupakan
Aku terlalu paham tentang pembicaraanmu, karena itulah aku tak ingin ingat
Aku berpura-pura telah melupakannya, tapi kau terus menyudutkanku
Kemudian dengan lembutnya kau berkata, kenangan yang menyebalkan itu

Jika kau tak suka aku
Maka katakan dan menjauhlah dariku
Jangan membunuhku perlahan dengan kata-katamu yang tajam
Kata-kata itu menusukku lebih tajam dari pisau
Tak terlihat dan lukanya takkan bisa hilang

Jika kau tak suka aku
Maka jangan hanya memojokkanku
Kau hanya bisa menyerangku dengan semua kelemahan dan kekuranganku
Kau membunuhku perlahan-lahan, membunuh kesabaranku
Aku ingin menutup mulutmu dan mengembalikan kata-katamu

Kau terkadang membicarakan hal-hal yang tak bisa kumengerti
Kau tak peduli aku mengerti atau tidak, yang penting kau bicara
Kau tak pernah mau mendengarkan kata-kataku
Kau merasa kata-katamulah yang benar dan takkan salah

Aku akan jujur
Aku tak suka padamu
Aku tidak gampang membenci seseorang
Tapi aku gampang menyembunyikan kebencianku
Aku masih bisa memperlihatkan senyum dan kebaikanku
Meskipun aku sangat membencimu
Walaupun aku harus berdusta, aku akan berpura-pura
“Aku tidak ada dendam padamu”

Aku tidak ingin dibenci, karena itu aku tidak mau membenci
Tapi terkadang kau bertindak diluar batas kemampuanku menerima
Aku bisa menerima semua cemoohanmu, caci makimu, emosimu
Dan semua hal negative untukku dengan lapang dada

Yeah…tapi jika aku sudah mengambil sikap DIAM
Itu artinya, aku sudah berada dititik puncak
Titik puncak emosiku

Terkadang, aku berfikir
Lebih baik diam, karena diam menyisakan berjuta misteri
Kau membencinya kan??

Kau boleh tetap melanjutkan ocehanmu yang tak penting itu
Aku hanya akan diam dan mendengarkan semuanya dengan sabar
Aku tak akan kabur dari siapapun yang ingin menjatuhkanku
Karena aku akan menabung kritikanmu untuk kesuksesanku

Kau boleh tetap melanjutkan tawamu yang tak bisa di rem
Aku, sesekali akan ikut tertawa agar aktingku sempurna
Aku berpura-pura menjadi orang yang bodoh didepanmu
Tak apa, asal aku bisa mentertawakan diriku sendiri

Lebih baik begitu, daripada aku terus mentertawakan orang lain….

Aku memang pantas untuk ditertawakan
Berbuatlah sesuka hatimu, dan aku akan berbuat sebaliknya
Aku memang bodoh, saking bodohnya
Aku selalu saja berhasil membuatmu tertawa dan menjatuhkanku
Tertawalah…dan aku akan tertawa juga
Kau mentertawakan kebodohanku
Dan aku mentertawakan diriku, “Aku memang sangat bodoh”

Kata-katamu masih menyayatku dengan kejinya
Lebih tajam dari benda apapun didunia
Aku akan bertahan dengan rasa sakit ini
“Karena suatu saat rasa sakit ini akan menjadi obat”
Kau pasti tertawa terbahak-bahak mendengarkan kata-kataku
Silahkan tertawa….tertawalah sampai puas
Sampai rahangmu mungkin tidak bisa ditutup kembali

Aku melukiskan semua kekesalanku pada kertas kosong
Berharap semua hanya akan berakhir dalam goresan tinta
Aku ingin kebencian ini terhapus dengan sendirinya
Aku ingin mengakhiri kata-kata negatifmu tentangku

Dengan caraku sendiri…

Minggu, 05 Februari 2012

komplikasi organisasi di kampus dan sekolah



Bagi kita yang pernah atau sering mengikuti kegiatan organisasi, pasti sering berhadapan dengan masalah. Entah itu masalah intrapersonal maupun interpersonal. Selalu dan pasti masalah akan timbul dalam interaksi antar manusia. Bagi yang menganggap masalah adalah pemicu keberhasilan, hal ini bukanlah masalah. Namun, untuk yang tidak mau berhadapan dengan masalah, akan terlibat dalam konflik kepentingan.


Dalam hampir setahun terakhir saya mengikuti sebuah organisasi kampus, banyak hal yang saya alami. Seperti sulitnya beradaptasi, kontra keinginan, miscommunication, dan juga ketidaksolidan antaranggota. Beberapa penyakit organisasi ini telah menggejala bukan hanya ditempat saya berorganisasi, tapi juga di komunitas organisasi lain.


Produktivitas organisasi menjadi terdekandensi oleh anggotanya itu sendiri. Tujuan yang semula terprogram dengan baik menjadi bocor dan cacat di sana-sini. Butuh perjuangan yang lebih keras lagi untuk mendobrak rintangan ditengah jalan. Dan jelas ini membutuhkan energi ekstra yang mengorbankan waktu dan tenaga.


Intensifikasi internal organisasi sangat diperlukan. Bagaimana sebuah organisasi berjalan dengan baik kalau anggotanya merasa gerah di dalamnya? Pertanyaan inilah yang harus dijawab oleh penggelut dan aktivis organisasi. Jika lingkup dalam organisasi harmonis, maka visi-misi akan dapat tercapai dengan nyata.


Isu ketidakharmonisan organisasi berangkat dari masalah-masalah kecil. Contoh nyatanya adalah perbedaan pendapat. Bukankah ini masalah besar? Karena jika terus-menerus berbeda tentu tidak akan mencapai titik temu. Benar, tetapi justru dengan berbeda itulah kita semakin berwarna. Tidak sulit untuk menyatukan perbedaan. Tinggal ambil titik tengahnya. Toh, anggota juga akan merasa adil jika segala sesuatu diambil jalan tengahnya.


Ada banyak orang mengatakan, semakin sering bertemu, semakin terasa sayang. Begitu juga dengan organisasi kampus. Berpuluh-puluh anggotanya jika terus diketemukan, maka akan muncul riak-riak perasaan. Yup, benar. Perasaan itu berhubungan dengan hati, dan hati berhubungan dengan emosi. Beberapa tipe emosi: Marah, Benci, Cinta, dan lain sebagainya. Secara humanis, hal ini dipandang wajar selagi masih dalam batas kemanusiaan dan tidak berlebihan.


Saya selalu jengah dengan syndrome emotional. Emosi, menurut saya selalu menimbulkan masalah. Tapi kita tidak akan bisa mencegah emosi yang keluar dari diri orang lain. Yang kita bisa hanya meredam dan memberi saran dan kritik untuknya. Tapi di sisi lain saya menyukai emosi orang lain. Terasa lucu dan menggelitik batin. Ya, beginilah kita manusia, takkan mungkin berbuat sempurna.


Segala komplikasi yang terjadi pada sebuah perkumpulan manusia akan selalu menciptakan masalah yang positif dan negatif. Tinggal kitanya yang berpikir cerdik untuk mengatasi dan membatasi itu semua. Kita pasti mampu.



Kamis, 08 Desember 2011

Pembahasan mengenai (KKR) dan Konflik Politik 65




Pembahasan mengenai dibentukannya Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) ini memang lagi sedang dipersiapkan oleh pemerintah.. Komisi ini diharapkan “membersihkan” noda sejarah bangsa Indonesa tempo lalu. Harapannya beragam komponen anak bangsa ini tak lagi diselimuti oleh rasa saling curiga, tak lagi mewariskan dendam kesumat, dan secara bersama sama menata kehidupan kebangsaan yang lebih baik.
Namun hingga kini perhatian dan perdebatan ditingkat publik teramat minim. Padahal tugas komisi in menjadi sangat urgen dan relevan dalam mengurai problematika sosiologis masyarakat Indonesia kekinian.  Salah satu pekerjaan berat dan penuh resiko yang akan dihadapi oleh komisi ini adalah “meluruskan” sejarah pergolakkan politik bangsa di masa lalu.
Salah satu tugas berat KKR adalah menyelesaikan kemelut tragedi G 30 Strategi 65. Tragedi. G 30 S 65 adalah sebuah peristiwa berdarah yang merenggut jutaan nyawa anak bangsa. Kenapa dikatakan pekerjaan rumah komisi kerja yang menyangkut “pelurusan” sejarah G. 30 Strategi 65 ini berat? Ada beberapa faktor yang setidak tidaknya memungkinkan untuk timbul resistensi terhadap KKR berkaitan dengan tregedi ini, bahkan berujut pada batu sandungan.
Pertama; Peristiwa G 30 S 65 adalah konflik elit politik yang turunkan menjadi konflik akar rumput. Ketika menjadi konflik akar rumput, maka sudah pasti melibatkan “jemaah” yang massal pula. Kalau dalam pemetaan Geertz, ada santri (baca;Islam) dan abangan (baca;Komunis), maka peristiwa G 30 S 65 menyeret dua komunitas diatas kedalam medan pertarungan berdarah. Bahkan “konfliknya” sekarangpun masih berupa bara dalam hatinya masing masing, yang dibeberapa daerah di Jawa Timur ditemukan antar komunitas tersebut hingga sekarang tak saling bertegur, seperti Madiun, Magetan, Ponorogo, dan Blitar. Nah ketika pada nantinya komisi ini berkeja dan ternyata temuannya dirasa merugikan salah satu pihak, maka dapat dipastikan akan menuai protes, bahkan mungkin perlawanan dari salah satu pihak. Sebagai contoh nyata adalah ketika masyarakat Betawai Rempuk melayangkan protes dibentukknya komisi ini kepada DPR RI, sebab mereka menengarai komisi ini akan menjadi peluang bagi kaum komunis untuk “mencuci piring” atas kesalahan masa lalu, yang pada gilirannya akan mempermasalahkan “Umat Islam”.
Kedua; Tak dapat dipungkiri bahwa peritiwa G 30 S, melibatkan instalasi negara yang bernama militer (baca;TNI) bahkan militer secara aktif menjadi salah satu aktor dalam medan pertarungan itu, bersama sama dengan kaum sipil diatas. Kedekatan tentara dengan kaum santri bersama sama satu barisan menghabisi simpatisan komunis adalah satu pertanda dimana posisi militer saat konflik itu berkecamuk. Nah, diakui atau tidak tentara adalah aparatur negara yang sampai saat ini memecahkan rekor akan kekebalannya terhadap hukum. Lihat bagaimana Jendral (pur) Wiranto dan Prabowo Subianto dapat mengacuhkan panggilan Komisi HAM Ad hoc Kasus Mei1998. Maka pantaslah ketika kekhawatiran itu akan menyelimuti temuan temuan dari Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi ini jika kemudian dilanjutkan pada proses hukum, jika diandaikan pihak tentara sebagai pihak yang paling bertanggungjawab atas peristiwa itu akan sia sia belaka.
Ketiga; Semakin berlama lamanya kita mengusut peritiswa G 30 S, maka Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi justru akan semakin memperkecil peluang untuk memperoleh bukti bukti baru, seiring dengan semakin sedikitnya saksi sejarah. Sementara mainstream sejarah yang ada adalah cerita sejarah yang dikokohkan penguasa politik orde baru kala itu yang secara otomatis bersifat sepihak untuk mendukung kepentingan kepentingannya dan hal itu diindoktrinasikan kedalam dunia pendidikan hingga kini. Belum cukup dengan cara itu, penguasa orde baru juga membuat dramatisasi atas peristiwa G 30 S dengan berbagai monumen perjuangan menumpas antek antek komunis diberbagai kota di seluruh Indonesia yang hingga kini masih berdiri kokoh.  
Keempat; Pergolakkan politik tahun 65 adalah tidak semata mata konflik politik dalam negeri (lihat; Laporan laporan Central Intelligence of America (CIA) seputar tahun 1960 an). Peristiwa G 30 S melibatkan konfigurasi politik internasional, yaitu blok komunis (Uni Soviet, dkk)  dan blok kapitalis (Amerika, dkk). Kemesraan agen agen CIA dengan militer Indonesia yang tak menyukai Soekarno dan PKI jelas akan membentuk selubung misteri yang akan sangat sulit ditembus oleh siapapun hingga kini, termasuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Hal ini berakibat pada semakin sulitnya ditemukan bukti bukti otentik sebagai usaha menyibak kemelut berdarah itu.
Kelima; niat dibentuknya komisi kebenaran dan rekonsiliasi sudah pasti adalah kehendak politik. niat itu tak semata mata berdiri atas rasa kemanusiaan, tapi atas niat politik. Karena niat politik, maka dapat diperkirakan akan terjadi kontes politik di parlemen  (DPR) untuk mengantisipasi sedemikian rupa kewenangan komisi ini secara sistematis agar tidak menguak secara lebih detail dari peritiwa G 30 S.

Melihat kemungkinan resistensi seperti yang digambarkan diatas, memang tak sepantasnya Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi ini pesimis atau menjadi komisi underdog, diantara sekian banyak komisi independen yang akan disahkan oleh DPR melalui undang undang. Justru keberadaan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi ini menjadi pintu bagi terwujudnya integritas nasional, sebab sesuai dengan tugasnya komisi ini menjadi jembatan bagi terwujudnya komunikasi yang humanis antar kelompok masyarakat yang “bersitegang” akibat proporsi informasi sejarah  yang tak seimbang atau juga keblingernya para pemimpin negara kala itu.
Dan yang lebih penting lagi adalah komisi in menjadi harapan dari sebagian besar anak bangsa yang selama ini ditempatkan sebagai warga negara kelas kedua, yaitu dari kalangan eks tapol napol PKI berikut keterunannya untuk memperoleh hembusan angin sejuknya demokrasi tanpa harus memikul dosa sejarah yang tak pernah mereka ketahui, sebab tak ada proses hukum (pengadilan) yang mereka terima terutama dari golongan C (Sistem Kelas tahanan eks tapol /napol PKI).
Terakhir, komisi ini hendaklah jangan hanya menjadi simbol pemanis dari raut muka politik elit yang berlagak demokrasi, tetapi benar benar menjadi kehendak politik (political will) untuk memperbaiki sejarah bangsa Indonesia, sebab seperti katanya Ben Anderson (dalam; Culture and Politic in Indonesia) sejarah kebangsaan Indonesia senantiasa diliputi budaya politik kekerasan, khususnya menyangkut setiap suksesi kepemimpinan. Akankah kita masih menjadi “barbarian”? Dimana konteks keluhuran bangsa seperti yang digembar gemborkan? Jawabnya adalah tatkala seluruh komponen bangsa ini mau belajar dari sejarah, serta secara terbuka, jujur dan, tulus membuka kedok sejarah sebagai usaha untuk memberadabkan (civilized) budaya bangsa.

Senin, 10 Oktober 2011

perjalanan

Saya adalah seorang laki-laki yang sedang mencari makna hidup, sedang belajar mencari arti kehadiran demi kehadiran dan kepergian demi kepergian… saya adalah laki-laki di titik nol yang tidak memiliki apa yang seharusnya saya miliki. Saya adalah laki-laki yang sedang mencoba belajar tentang arti ikhlas, arti sabar, arti mencintai dan dicintai. Arti memaafkan, arti tawakal, arti tiada-ada-tiada, bukankah tak ada yang abadi di bumi ini? bahagia tak abadi, derita pun tak abadi. Inilah sebagian dari kisahku agar menjadikanku abadi