Jumat, 01 Juli 2011

AWAS, PEMIMPIN JANGAN MEMBIARKAN DIRI DIJILAT-JILAT

Kepemimpinan melibatkan banyak orang, mulai dari pemimpin puncak dan para pemimpin, para manajer, para administrator serta semua bawahan. Orang-orang ini terhimpun dalam suatu organisasi yang juga melibatkan berbagai kepentingan. Kepentingan-kepentingan ini dapat digolongkan dalam dua sisi, yaitu 1. Kepentingan organisasi, yang merupakan kepentingan utama, kepentingan bersama yang harus diutamakan. 2. Kepentingan pribadi, dari setiap unsur manusia terkait dalam organisasi. Untuk kepentingan pertama, orang cenderung membuktikan secara umum bahwa mereka mementingkan organisasi dengan “bekerja keras” misalnya. Namun, soal pementingan kepentingan organisasi ini akan teruji dengan mencaritahu sejauh mana kepentingan pribadi terkait di dalamnya. Dalam hubungan inilah akan terlihat siapa sesungguhnya yang memperjuangkan kepentingan organisasi dan siapa sesungguhnya yang pemperjuangkan kepentingan pribadi. Pada sisi yang kedua inilah akan terbukti siapa pejuang organisasi yang sejati, siapa manusia asal jadi, siapa penggembira, siapa penonton, dan siapa penjilat. Mencermati semua ini, kini muncul pertanyaan, “apakah pantas bagi pemimpin membiarkan dirinya dijilat-jilat oleh penjilat?” Marilah kita simak bersama:


 MEMAHAMI PARA PENJILAT DISEKITAR ANDA SEBAGAI PEMIMPIN

Setiap orang dikenal dari apa yang diperjuangkannya, karena “Anda akan selamanya menjadi apa yang Anda pikirkan, apa yang Anda katakan dan apa yang Anda lakukan.” Ini dapat dibaca lho, hanya, pemimpin sejati tidak cepat curiga, ia mawas diri dan membiarkan waktulah yang membuktikan siapa sesungguhnya para penjilat sejati! Karena itu, pemimpin sejati dapat mengindentifikasi, siapa manusia sejati yang memperjuangkan kepentingan organisasi, dan siapa manusia penjilat di sekitarnya. Para penjilat atau ingrasiator adalah orang yag suka mendekati pemimpin secara berlebihan dengan sikap seolah ingin menjadi tangan kanan utama. Bagaimana mengenal para penjilat ini? Pertama, para penjilat kelihatannya sebagai anjing peliharaan yang jinak pada mulanya. Mereka akan selalu mengatakan ya Pak, baik Pak demi menyenangkan pemimpin bagi kepentingan mengambil hati, mencuri hati, menguasai hati pemimpin untuk merebut kepercayaan pemimpin kepada dirinya, agar ia dapat dijadikan tangan kanan utama dari pemimpin. Di sini penjilat bersikap sangat suka menolong pemimpin. Penjilat secara berlebihan memamerkan bahwa ia membela kepentingan pemimpin, dan selalu berpihak terang-terangan kepada pemimpinan. Kedua, para penjilat biasanya memiliki agenda yang tidak tertulis, tetapi dapat dibaca oleh pemimpin yang bijaksana. Agenda itu isinya adalah “menjadi penguasa dibalik kekuasaan pemimpin.” Keinginan berkuasa ini sesungguhnya sudah nampak dari awal, yaitu “ia berupaya menyita perhatian pemimpin bagi dirinya” yang dikakukan secara licik. Untuk tujuan ini, ia akan menyingkirkan siapa saja yang berupaya mendekati pemimpin yang dilakukannya dengan cara apa pun. Pemimpin sejati perlu tahu bahwa di sini si penjilat sesungguhnya sedang berupaya merebut kekuasaan pemimpin secara licik pula.
Ketiga, para penjilat akhirnya memperlihatkan taringnya sebagai “serigala sejati,” tatkala ia memperoleh kepercayaan, khususnya berhasil menguasai kepemimpinan. Kalau si penjilat belum berhasil mnenjadi pemimpin tertinggi, ia akan menggunakan tangan pemimpin untuk menindas sesama. Ia akan selalu mengatakan “menurut bos, … ini perintah bos …! Kalau ia sudah menjadi penguasa, ia akan terbukti mendominasi semua bagi dirinya. Ia terbukti tidak memperjuangkan kepentingan organisasi! Ia tidak peduli dengan siapa pun kecuali dirinya, ia mendominasi apa pun dan siapa saja! Ia akan bersikap defensif yang arogan atas apa dan siapa saja. Inilah saat-saat loceng kematian organisasi berdentang dengan sendirinya. Indikatornya, akan ada sikap suka-tidak suka, pencideraan, dan pihak memihak, perpecahan. Kesatuan dalam organisasi pecah, banyak persoalan tidak terselesaikan muncul silih berganti, lalu sirna meninggalkan luka-luka batin.